Jakarta, AsiaPeristiwa.com - Pencopotan Sri Mulyani Indrawati dari jabatan Menteri Keuangan dalam reshuffle kabinet oleh Presiden Prabowo Subianto terus memicu gelombang reaksi dan spekulasi, baik dari publik maupun elite politik.
Salah satu suara paling lantang datang dari Guru Besar Hukum Tata Negara, Mahfud MD, yang mengungkap banyak cerita di balik layar yang belum diketahui publik.
Dalam sebuah wawancara di kanal YouTube Leon Hartono, Mahfud menyebut bahwa Sri Mulyani sejatinya sudah sejak lama ingin mundur dari kabinet.
"Sebenarnya saya mendengar beliau memang sampai dua kali minta mengundurkan diri kepada Presiden Prabowo, tapi belum dikabulkan, sampai akhirnya direshuffle itu ya istilahnya diganti," ujar Mahfud, dikutip Kamis (11/9/2025).
Mahfud menyayangkan keputusan ini, mengingat Sri Mulyani adalah sosok dengan tiga modal penting bagi seorang pejabat negara: profesionalisme tinggi, rekam jejak nasional dan internasional yang kuat, serta integritas yang tak diragukan.
Kepergian Sri Mulyani bukan hanya menyisakan ruang kosong dalam kabinet, tetapi juga memicu gejolak di sektor keuangan. Pasar modal disebut langsung rontok setelah kabar pencopotannya tersebar.
“Begitu diumumkan, pasar modal langsung goyang. Itu menunjukkan betapa vital peran Sri Mulyani dalam menjaga kepercayaan investor,” kata Leon Hartono, yang juga menjadi moderator dalam diskusi tersebut.
Selain masalah jabatan, Mahfud juga membongkar kejadian memilukan yang menimpa Sri Mulyani: rumahnya menjadi sasaran penjarahan dalam gelombang kerusuhan yang sempat terjadi usai demonstrasi besar akhir Agustus 2025.
"Yang saya dengar, Sri Mulyani mengatakan: ‘Saya nggak apa-apa kalau itu orang menjarah karena butuh, tapi saya tetap kecewa karena penjagaan dari aparat kurang. Yang kedua, saya disamakan dengan Sahroni. Tapi disamakan dengan Sahroni kan tidak enak.’ Dia menangis di situ katanya," ucap Mahfud.
Sri Mulyani merasa tersakiti secara emosional, terlebih karena ia dikenal luas sebagai figur bersih dan tidak punya rekam jejak korupsi.
Mahfud menduga aparat menganggap rumah Sri Mulyani aman karena reputasinya, namun kenyataannya justru menjadi target.
Mahfud juga meyakini bahwa reshuffle kabinet belum berhenti di sini.
Ia memperkirakan akan ada satu lagi perombakan besar-besaran pada bulan Oktober 2025, bertepatan dengan satu tahun kepemimpinan Prabowo-Gibran.
“Saya meyakini reshuffle ini akan berlanjut, sekurang-kurangnya nanti sekali lagi di bulan Oktober. Karena ini kan baru 10 bulan, Pak Prabowo dulu kan janjinya setahun,” ujarnya.
Menurut Mahfud, alasan reshuffle tidak lain adalah ketidakproduktifan kabinet, penempatan pejabat yang tidak sesuai kompetensi, serta indikasi kuat praktik korupsi.
Mahfud menambahkan bahwa aksi demonstrasi besar-besaran yang terjadi belakangan ini memiliki dampak nyata terhadap proses politik di dalam pemerintahan dan parlemen.
"Demo seperti kemarin itu penting. Karena demo seperti itu, DPR dan pemerintah jadi tanggap. Besok katanya mau diundangkan UU Perampasan Aset," ungkapnya. (Apc-fm)
#Mantan Menkeu Sri Mulyani Menangis