Sijunjung, AsiaPeristiwa.com - Terlahir dari keluarga sederhana, pada 19 November 2005 silam, di Desa Kampung Baru Kecamatan Kupitan Kabupaten Sijunjung, Sumbar. Namanya Fadhil Syarif Hidayatullah, hafiz 30 juz, tercepat di sekolahnya di Rumah Anak Soleh Al Ras, Yayasan Anak Soleh 85, Padang. Ia mampu menghafal 30 juz dalam 3 tahun, kelas 1 SMA telah hafiz 30 juz. Itu ternyata 2 kali lipat rata-rata kecepatan hafalan teman-temannya, masya Alloh. Diberikan sertifikat 30 juz.
Kini Fadhil tengah menimba ilmu di Universitas ternama Tanah air, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Entah memang suatu kebetulan, atau Allah yang merencanakan, Fadhil Syarif Hidayatullah menjadi salah seorang mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah, identik nama kampus dengan namanya.
"Saya kini semester 3 Pak, di Fakultas Usuludin, jurusan Ilmu Alquran dan Tafsir," kata Fadhil yang bercita-cita ingin menjadi pebisnis itu.
Ditanya bisnis apa yang akan dilakoni, ia mengatakan bahwa ingin menjadi pengusaha yang tahu agama, seperti sahabat Nabi Abdurrahman Bin Auf dan Usman Bin Affan, katanya.
Mengenai prestasi, nilai semester 3 dari 24 SKS satu mata pelajaran Bahasa Indonesia B, mata kuliah 7 lainnya semua A. Untuk IP semester 3 yaitu 3,81 sedangkan IPK 3,72.
Katanya mengapa tidak bernilai A semua, lantaran ia tidak memiliki laptop sebagai pendukung belajarnya, banyak tugas-tugas yang mesti menggunakan laptop, namun hanya diupayakan melalui gawai atau handphone, ujar Fadhil di Kampung Baru, Sijunjung via Handphone, Sabtu (9/8/2025).
Sementara, Syafrida Yeni, ibu Fadhil juga berkisah, suka-duka mengantarkan Fadhil hingga saat ini.
"Hanya kuasa Allah, alhamdulillah anak kami Fadhil bisa kuliah. Kami pun tidak menduga Fadhil bisa melanjutkan pendidikannya. "Setamat dari SD, ia lulus ujian di Yayasan Anak Soleh 85, semua biaya ditanggung sekolah. Namun setelah kuliah, kami selalu berusaha semampunya meski sangat sulit," kata Yeni yang terisak-isak menangis mengenang perjuangan itu.
Dikisahkan, untuk ke Jakarta pertama Fadhil diongkosi oleh Ustadnya di Pondok, sendiri berangkat dan setelah tes ternyata diterima kuliah. Berkat kepedulian banyak pihak Fadhil hingga saat ini masih bisa melanjutkan pendidikannya. "Kadang bila libur kuliah akhir pekan di Jakarta Fadhil mengajar mengaji, baru dapat satu orang muridnya, kemarin Fadhil ke sawah kerja, mumpung kini sedang libur," ujar Yeni.
Ketika TK dan SD di kampung, ia selalu keluar sebagai juara dalam berbagai lomba, sehingga piagam dan piala yang dikumpulkan cukup banyak, begitu juga di sekolah, selalu jua 1 dan juara 2. Setelah masuk pondok pesantren, ketika Fadhil diketahui hafiz, masyarakat mempercayainya untuk menjadi imam masjid, termasuk saat salat tahajud saat agenda itikaf tiap-tiap 10 Ramadan terakhir.
"Kami rasanya tidak sanggup melanjutkan untuk kuliah. Kata Fadhil nanti kalau sudah masuk kuliah diurus beasiswa bu, sudah dicoba ke Pemkab Sijunjung, mungkin belum rezeki," kata Syafrida Yeni lagi, Pekerjaan ayahnya buruh tani, adiknya dua orang sekolah, di MAN dan MTsN.
"Pada awal kuliah di Jakarta, semester 1, baru dua bulan kuliah, saat itu tinggal di asrama kampus, libur akhir pekan, Fadhil main ke kost temannya, Senin hendak ke kampus sama temannya naik motor, kadarullah di jalan tersenggol kendaraan dari belakang, tangannya patah sebelah kanan, saat itulah yang paling menyedihkan hati seorang ibu, mau ke sana jauh, uang untuk ke sana juga tidak cukup, untung di sana ada pamannya dan juga teman-temannya yang bisa menolong, kami hanya bisa berdoa." ujar Yeni. (Apc-fm)
#hafiz 30 juz